Jumat, 11 Maret 2011

Terjemah Mawlid Al Barzanji


Inilah Maulid yang disusun oleh Sayid Syeikh Ja’far Al Barzanji yang diterjemah ke dalam Bahasa Melayu oleh alm. Sayid Syeikh Thaha bin Fadhlullah As Suhaimi, Ketua Mufti Negara Singapura. Sayang .. yg tampil di sini belum se per berapa-nya. Masih panjang sebenarnya.
Digubah oleh seorang ulama, beliau mufti asy syafiiyah di kota Madinah di zamannya.
Maulid ini sangat menyentuh hati, sangat agung. Tidak ada unsur syirik, sebagaimana dituduhkan oleh segelintir orang. Pembaca sila lihat sendiri. Tidak mungkin ulama seperti Syeikh Al Barzanji mengajarkan kesyirikan.
Diambil dari : http://www.mail-archive.com/ dan http://www.mail-archive.com/
DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH LAGI MAHA PENYAYANG
Aku mulakan riwayat Maulid ini dengan nama Allah yang Maha Tinggi derajatNya, dengan hal keadaanku mengharapkan limpah berkat pada segala apa yang dikurniakan kepada ku olehNya, dan juga aku mengucapkan sepenuh penuh kepujian dengan segala senang hatiku kepadaNya, ialah karena aku syukurkepadaNya dengan syukur yang seelok-eloknya.
Dan lagi aku memohon kepadaNya muga-muga la mengurniakankesejahteraan dan rahmatNya, kepada Nur yang la telah jadikan terdahuludaripada segala makhluk yang lainnya, yaitulah Nur yang telah berpindah-pindahdaripada satu dahi kepada satu dahi yang mulia keadaannya, yaitulah dahimoyang-moyang Nabi kita Muhammad Sall-Allahu alaihi-wa-sallam sehingga kepada dahi Abdullah ayahandanya.
Dan aku memohon lagi kepada Allah muga-muga Ia mengurniakan keredhaanNya, kepada keluarga Nabi kita itu khasnya, dan kepada sahabat-sahabatnya dan sekalian orang-orang Islam amnya.
Dan pula aku memohon kepada Allah yang maha sempurna zatNya dan segala sifat-sifatNya, muga-muga la mengurniakan kepada kita sekalian petunjuk kepada jslan yang terang lagi nyata benarnya. Dan lagi aku memohon kepadaNya muga-muga la memelihara kita daripada kesesatan pada langkah-langkah kita ke semuanya.
Setelah apa yang tersebut itu maka sekarang aku bentangkan kisah sejarah hidup Nabi kita Muhammad s.a.w. dengan ringkasnya, dan aku susunnya dengan menyatakan mula-mula sekali nasab keturunannya yang menyenangkan siapa yang mendengarnya, dan aku meminta tolong kepada Allah Ta’ala yang Maha Kuasa dan Maha Kuat sifatNya karena bahwasanya tiada daya dan tiada upaya melainkan semata-mata pada Allah jua letaknya.
YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA
DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA
Aku nyatakan bahwa Nur yang tersebut tadi itu akhirnya telah menjadilah Penghulu kita Saiyidina Muhammad muga-muga Allah kurniakan kesejahteraan kepadanya. Saiyidina Muhammad itu ialah anak Abdullah, dan Abdullah itu anak Abdul Muttalib maka Abdul Muttalib itu juga digelarkan oleh orang sebagai Syaibatul Hamd namanya. Dan Abdul Muttalib itu anak Hasyim yang digelarkan Amr anak Abdi Manaf yang juga dinamakan AI mughirah anak Qusai dan Qusai ini Mujamma’ gelarannya. Perkataan Qusai ini asal maknanya ialah Kejauhan karena ia tinggal di Mekah pada mula-mulanya. Tetapi ketika kecilnya lagi ia telah dibawa pindah oleh ibunya ke negeri Qudhaa’ah yang jauh letaknya. Tetapi akhirnya ia telah dikembalikan oleh Allah ke negeri Mekah yang dimuliakan tanahnya. Lalu ia pun telah menjaga negeri Mekah itu dengan seteguh-teguhnya.
Maka Qusai itu ialah anak Kilab yang juga dinamakan Hakim anak Murrah anak Ka’ab anak Lu-ai anak Ghalib anak Fihir yang juga disebutkan Quraish namanya. Dan nama Quraish inilah dipakai bagi kaum Quraish itu yang mengandungi anak cucunya. Tetapi sebelum kaum itu dinamakan Quraish maka Kinanilah namanya, sebagaimana yang telah dikatakan oleh banyak pakar- pakar nasab yang luas pengetahuannya. Dan mereka itu telah tetap berkepercayaan dan berpuas hati bahwa begitulah keadaannya. Dan Fihir atau Quraisy itu pula anak Malik yang ialah pula anak Nadhar anak Kinaanah anak Khuzaimah anak Mudrikah anak Ilyas seterusnya.
Dan Ilyas inilah orang yang mula-mula sekali menghadiahkan unta-unta kepada Tanah Haram Mekah untuk ia membuat kurban akannya. Dan telah didengar oleh orang dari dalam tulang sulbi Ilyas itu akan suara Nabi kita Muhammad s.a.w. menyebut-nyebut dan memuji-muji Allah Ta’ala dan mengucap talbiah kepadaNya. Ilyas itu pula anak Nizar anak Ma’ad anak Adnan dan begitulah nasab itu susunannya.
Maka susunan keturunan atau nasab Rasulullah s.a.w. ini mengikut sebagaimana yang dinyatakan oleh Hadith Nabi kita s.a.w. yang benar keadaannya. Dan Adnan itu nasabnya bersambung hingga kepada seorang kekasih Allah yaitulah Nabi Ibrahim moga-moga Allah cucurkan rahmat keatasnya. Tetapi Nabi kita telah melarang dan menahan supaya jangan disebutkan satu persatu nama ninda-nindanya yang daripada Adnan hingga kepada Nabi Ibrahim moyangnya. Tetapi tidak syak lagi di sisi ahli-ahli yang mahir berkenaan keturunan Nabi kita itu atau nasabnya, bahwa Adnan itu ialah keturunan dari Nabi Ismail moga-moga Allah kurniakan kesejahteraan kepadanya.
Dan Nabi Ismail itu pula ialah seorang putera Nabi Ibrahim yang terkenal kelebihannya. Maka sungguh cemerlang keturunan itu seolah-olah bagaikan seutas rantai yang ditatah oleh permata-permata yang gemerlapan seperti bintang-bintang indahnya. Betapa tidak karena bukankah Penghulu kita saw. itu menjadi permata yang terpilih yang berada ditengah-tengahnya, dan walaupun dia asalnya seorang yatim tetapi Allah Ta’ala telah memeliharanya. Alangkah mulia keturunan yang tersebut itu yang kesemuanya telah dipelihara oleh Allah dari kejahatan zina di masa jahiliah dahulunya.
Adapun keterangan ini ada diriwayatkan oleh Syeikh Zainuddin seorang Iraq bangsanya, didalam sebuah karangan yang lezat ceteranya.
Maka untuk memuliakan Nabi kita s.a.w. dan memeliharanya itulah sebabnya Allah Ta’ala telah memelihara seluruh nenek moyangnya, dari melakukan maksiat zina yang sangat keji adanya. Maka oleh karena itu tidaklah kekejian zina itu mengenai nasabnya. Kesemua datuk nenek Nabi saw. dari Nabi Adam hingga kepada ayahandanya Abdullah dan bundanya Aminah tidak pernah melakukan zina sekaliannya.
Maka cahaya kenabian Nabi kita itu telah berpindah-pindah pada tiap-tiap dahi nenek moyangnya itu dengan nyatanya. Dan semakin ternyata cahaya itu seumpama bulan purnama pada dahi Abdul Muttalib datuknya dan pada dahi Abdullah bapaknya
YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA
DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA
Dan apakala Allah Ta’ala berkehendak menjadikan Nur yang tersebut itu sebagai RasuINya, yang dinamakan Muhammad dengan mempunyai roh dan jasad serta sifat-sifatnya, maka Allah Ta’ala pun memindahkan cahaya itu dari Saiyidina Abdullah ayahandanya, kepada rahim Sitti Aminah Az-zuhriah bundanya. Dan Allah Ta’ala yang senantiasa dekat pada mereka yang taat kepadaNya, dan yang memperkenalkan doa mereka yang berdoa dengan bersungguh-sungguh kepadaNya, telah menentukan bahwa Sitti Aminah itulah yang menjadi ibu bagi Nabi PilihanNya, serta sekalian Malaikat telah berseru-sera mernberitahu kepada segala petala langit dan bumi dengan lantangnya, berkenaan mengandungnya Sitti Aminah akan Nur Nabi Allah itu dan Pesuruh-Nya.
Dan mereka yang telah mengetahui akan kedatangan Nabi saw., itu serta menunggu-nunggunya, telah merasa sangat sukacita dan bertambah tambah rindu terhadap kezahirannya, seolah-olah perasaan mereka seperti ketika angin sepoi-sepoi bahasa bertiup pada waktu subuh dengan lembutnya, yang menjadikan mereka rindu kepada matahari yang akan terbit kemudiannya. Dan jadilah subur segala tumbuh tumbuhan di Tanah Mekah setelah beberapa lama keringnya, laksana bumi dipakai dengan pakaian yang hijau yaitu Sundus namanya. Dan pada masa itu juga buah-buahan telah mulai menjadi ranum rasanya, dan telah hampirlah masa tuan-tuan empunya pohon buah-buahan itu memetiknya.
Dan pula berkenaan mengandungnya Siti Aminah itu maka segala singgasana raja-raja kafir pada ketika itu telah runtuhlah dengan sekonyong-konyongnya, dan pula segala berhala-berhala telah tersungkur ke atas mukanya dan mulutnya, dan segala binatang-binatang jinak dan liar baik di darat atau di taut telah berasa amat sukacitanya, ialah dengan sebab segala binatang-binatang itu telah menerima berita berkenaan Junjungan kita s.a.w. itu sudah dikandung oleh Sitti Aminah yang bertuah nasibnya. Bahkan lain-lain makhluk juga pada masa itu telah merasai lezat kesukaan dengan amat gembiranya, umpama dapat minum segelas air yang sangat menyegarkan rasanya.
Dan pula segala jin-jin telah diberitahu akan kabar yang menyenangkan itu dengan jelasnya, tetapi pula sekalian tukang tukang tilik dan ahli-ahli sihir telah berasa lemah dengan gemetarnya, dan demikian juga ulama’-ulama’ Nasrani telah takut dan bimbang ialah dengan sebab telah dekat masa kedatangannya.
Dan telah sibuklah sekalian orang-orang yang mengetahui hal itu bercakap-cakap dan bertanya-tanya berkenaannya, dan mereka itu telah tercengang dan heran mendengarkan berita-berita tentang keelokan sifat-sifatnya, sebagaimana yang ada seperti di dalam Kitab kitab Suci yang dahulu seperti Taurat dan Injil dan sebagainya.
Dan ketika Sitti Aminah yang mengandung itu sedang tidur tiba tiba datanglah suatu wujud kepadanya; lalu wujud itu berkata: “Hai Aminah sesungguhnya engkau telah mengandung Penghulu sekalian manusia dan sebaik-baik makhluk adanya. Dan apabila engkau sudah melahirkan dia nanti dengan selamat, maka engkau namakanlah dia Muhammad yang berarti seorang yang terpuji ialah karena ia akan dipuji kesudahannya.”
YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA
DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA
Dan apabila Nabi kita telah dikandung dua bulan oleh ibunya menurut pernyataan ahli-ahli sejarah yang masyhur riwayatnya, maka wafatlah di negeri Madinah, Sayidina Abdullah, ayahandanya. Dan keadaan wafatnya di sana: ia sedang melalui kota itu lalu ia singgah di tempat ninda-ninda saudaranya, yaitu keluarga Bani ‘Adi dari suku Najjar, tiba-tiba ia mendapat sakit di sana sebulan lamanya, lalu mereka pun telah merawatnya serta mencoba mengobati penyakitnya, tetapi usaha mereka tiada berhasil seperti yang mereka harapkan, lalu wafatlah Sayidina Abdullah di sana karena sudah sampai ajalnya, lalu di sana juga mereka mengebumikannya.
Dan ketika Sitti Aminah telah sempurna mengandung Nabi saw. sembilan bulan lamanya, menurut perkataan ahli-ahli Tarikh yang kuat keterangannya, pada ketika itu juga telah mulai tiba musim akhir kemarau, tiba-tiba datanglah kepada ibu Nabi saw. pada malam menjelang kelahirannya, Sitti Asiah dan Sitti Mariam serta beberapa bidadari dari Surga, maka mulailah Sitti Aminah merasa sakit untuk bersalin kemudian ia pun melahirkan Junjungan kita di dalam keadaan dengan cahanya yang gilang-gemilang.
(BERDIRI)
Cahaya yang seperti matahari bersihnya
Menerangi malam dengan amat terangnya:
Malam yang dilahirkan Nabi kita didalamnya
Yang membawa agama yang nyata benarnya.
Maka karena itu dapatlah Sitti Aminah ibunya
kemegahan yang wanita lain tidak mendapatinya:
la membawa seorang putera untuk manusia sekalian:
Putera yang lebih mulia dari anak Mariam yang dara.
Kelahiran Nabi kita pada pandangan kafir umumnya
ialah suatu kedukaan yang terasa sangat berat.
Maka bertalu-talulah suara bersorak dengan riuhnya:
“Telah zahir Nabi pilihan; inilah kegembiraan yang sebenarnya.”
Demikianlah keadaan dilahirkan Nabi kita itu dengan ringkas, dan telah disetujui oleh ulama’-ulama’ dan ketua-ketua Islam sekalian, bahwa sangat patut kita berdiri ketika kita sampai di sini membacanya, ialah untuk menunjukkan kesukaan kita kepada kelahiran Nabi dan cinta kepada dirinya, dan juga untuk menandakan bahwa kita memuliakannya. Maka sungguh bertuahlah siapa yang suka memuliakan Nabi s.a.w. itu sebagai tujuan hidupnya.
YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA
DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA
Maka lahirlah Nabi kita Muhammad saw. itu dari bundanya dengan meletakkan ke atas bumi dua belah tangannya, dan ia mendongakkan mukanya kelangit serta terbuka matanya, keadaan begitu adalah sebagai menandakan kemuliaannya dan ketinggiannya, serta kelebihan kelebihannya yang melebihi makhluk lain semuanya. Dan juga yang demikian itu adalah menunjukkan bahwa ia kekasih Allah yang dijadikan sangat indah perangainya dan bentuk rupanya.
Dan setelah dilahirkan Nabi s.a.w. itu maka segeralah Siti Aminah ibunya memanggil Abdul Muthallib nindanya, dan ketika itu Abdul Muthallib ada di Ka’abah sedang tawaf mengelilinginya, lalu apabila mendengar yang demikian itu besarlah kegembiraannya. la pun datang melihat Nabi dengan segera, dan kemudian ia membawa Nabi ke Ka’abah lalu masuk ke dalamnya, dan ia berdiri di situ serta berdoa kepada Allah dengan niat bersihnya, dan ia bersyukur kepada Allah karena telah dikurniakan seorang cucunda kepadanya.
Nabi kita Muhammad s.a.w. itu dilahirkan dengan sangat bersih keadaannya, serta ia telah berkhitan dan telah terpotong pusatnya dari dalam perut ibunya. Dan harum bau tubuhnya, serta berminyak rambutnya, serta tercelak kedua matanya, adalah dengan kudrat dan kehendak Tuhannya. Inilah riwayat yang masyhur walaupun ada sebagian ularna’ yang lain mengatakan bahwa Nabi kita itu telah dikhitan oleh Abdul Muttalib nindanya setelah Nabi sempurna tujuh malam umurnya. Dan nindanya itu telah mengadakan majelis jamuan karena bersesuaian dengannya, serta ia menamakan dia Muhammad dan memuliakan kedudukannya.
YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA
DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA
Maka telah terjadilah beberapa kejadian yang mengherankan ketika dilahirkan, dan yang demikian itu ialah sebagai tanda-tanda untuk menguatkan iman kita bahwa Nabi itu dipilih oleh Allah untuk dijadikan NabiNya dan Rasul-Nya.
Satu dari perkara-perkara yang luar biasa itu sebagaimana yang tersebut tadinya, ialah ketika dilahirkan Nabi kita maka malaikat-malaikat yang menjaga langit telah ditambah bilangannya, supaya langit itu menjadi lebih kukuh pemeliharaannya, dan telah dihalau dari langit segala jin-jin yang ingkar dan syaitan-syaitan yang jahat kelakuannya, dan telah dilemparkan kepada semua syaitan-syaitan yang hendak naik ke langit itu api yang membakar, dan telah turun kepada Nabi kita beberapa bintang-bintang yang terang cahayanya, dan dengan sebab ini teranglah pada malam itu Kota Mekah baik tanah ratanya atau bukit-bukitnya.
Dan juga telah keluar bersama-sama Nabi saw. suatu cahaya yang amat terang keadaannya, yang menerangi seluruh tempat dilahirkan Junjungan kita saw., sama seperti cahaya lampu-lampu yang menerangi mahligai raja Romawi di Syam negerinya. Maka dilihat cahaya itu oleh mereka-mereka yang tinggal di Tanah Mekah.
Dan juga telah roboh istana raja Parsi di dalam negeri Iraq di Kota Madain tempatnya. Maka istana yang roboh itu telah dibangun oleh raja Parsi yang bernama Anusyarwan dengan megah, maka runtuh empat belas menara yang tinggi dari menara-menaranya, dan telah berguncang kerajaan Parsi itu dengan sebab terperanjat pada kejadian-kejadian yang dengan tiba-tiba menimpanya. Dan beberapa api yang disembah oleh orang-orang kafir Parsi tiba-tiba padam pada malam itu, padahal api itu dijaga oleh mereka dan tidak pernah padam dari semenjak seribu tahun sebelumnya. Maka padamnya api itu ialah dengan sebab terbitnya cahaya wajah Nabi s.a.w yang bersinar seperti terangnya bulan empat belas.
Dan juga pada ketika itu keringlah air telaga yang bernama Sa’awah yang terletak di antara negeri Hamdan dan Qom di dalam negeri Parsi. Maka telaga itu jadi kering karena telah kering semua mata-airnya, tetapi sebaliknya telah melimpah pula air pada lembah yang bernama Samawah padahal biasanya lembah itu kering kerontang dan banyak batunya, serta tidak pernah sebelum itu dapat dijumpai air di situ walaupun untuk menghilangkan dahaga siapapun yang kering kerongkongannya.
Dilahirkan Junjungan kita saw. itu di suatu tempat yang dikenali dengan nama Al ‘Iraas di dalam negeri Mekah letaknya, dan Mekah itu ialah negeri yang tidak boleh dipotong pohon pohonnya dan tidak boleh dicabut rumput-rumputnya.
Maka telah sedikit berselisih pendapat ulama’ Sejarah berkenaan dilahirkannya Junjungan kita saw. itu tentang tahunnya, dan juga tentang bulannya dan harinya. Tetapi pendapat yang kuat diantara pendapat-pendapat tadinya, ialah Junjungan kita saw. itu telah dilahirkan pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal di dalam Tahun Gajah namanya, karena pada tahun itu raja negeri Habsyah telah mencoba menyerang kota Mekah dengan menggunakan gajah-gajah yang banyak jumlahnya. Tetapi Allah Ta’ala telah menyekat dan menghalang mereka untuk sampai ke Mekah karena la memeliharanya.
YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA
DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA
Bahwa Junjungan kita saw. itu disusui oleh ibunya selama beberapa hari masanya, dan kemudian ia disusui oleh seorang perempuan yang bernama Tsuwaibah dari kaum Aslam namanya. Tsuwaibah itu asalnya seorang budak kepunyaan Abu Lahab tetapi Abu Lahab telah memerdekakannya, ketika Tsuwaibah itu datang memberitahu akan kelahiran Junjungan kita itu kepadanya. Maka Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah karena berita itu sangat menggembirakan hatinya.
Maka Tsuwaibah juga menyusui bersama Rasulullah anak lelakinya sendiri Masruh namanya, dan juga seorang anak lelaki orang lain yaitu Abi Salamah gelarannya, serta Tsuwaibah itu sangat memuliakan Nabi dan menghormatinya. Dan sebelum itu Tsuwaibah juga telah menyusui Sayidina Hamzah seorang paman Nabi saw. yang dipuji karena jasanya karena ia banyak menolong dan mempertahankan Agama Islam serta membelanya.
Dan kemudian nanti pada ketika Nabi saw. telah menjadi Rasul dan telah hijrah ke Madinah, Nabi mengirim kepada Tsuwaibah itu dari Madinah hadiah uang dan pakaian yang layak baginya. Maka selalu hadiah itu datang dari Nabi saw. kepada Tsuwaibah hingga Tsuwaibah menemui ajalnya.
Ada sebagian orang mengatakan bahwa Tsuwaibah berpegang terus pada agama kaumnya, yaitu agama jahiliah hingga matinya, tetapi ada pula orang yang mengatakan bahwa ia telah memeluk Islam sebelum akhir hayatnya, dan perselisihan ini disebutkan dan diceritakan oleh lbnu Mandah yang terkenal namanya.
Bahwa setelah Nabi saw. disusui oleh Tsuwaibah yang telah disebut tadi, maka ia telah disusui pula oleh seorang perempuan muda yang digelari Halimah As sa’diah, dan Halimah sebelum Nabi saw. disusui olehnya, ia telah mencoba mencari upah dengan susah payah, untuk hendak menyusui siapa saja anak-anak orang Mekah, tetapi telah ditolak oleh mereka dengan sebab kemiskinannya. Tetapi ketika ia menyusui Rasulullah saw. maka ia menjadi lega dan berkat kehidupannya, pada hari itu juga sebelum terbit matahari, setelah ia menderita kepicikan dan kesusahan yang sulit ditanggung olehnya.
Maka Allah Ta’ala telah mengurniakan kepada Halimah itu air susu yang banyak lagi putih dan bersih keadaannya. Maka menyusulah Nabi saw. akan susu yang di sebelah kanannya, manakala seorang anak lain menyusu pula akan susu yang di sebelah kirinya, lalu jadilah Halimah itu mewah dan senang kehidupannya, padahal sebagaimana telah disebutkan tadi, keadaan Halimah sebelum itu papa serta kurus dan lemah badannya. Bahkan menjadi gemuk seekor unta dan beberapa ekor kambing yang dipelihara olehnya, dan hilanglah dari sisi Halimah itu segala bala’ dan kecelakaan dan sebagainya, bahkan sebaliknya kehidupan Halimah itu telah diliputi oleh keadaan yang bertuah selanjutnya, yaitu murah rezeki serta senang dan aman dengan sepenuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar